Berpikir Divergen dan Konvergen

Istilah berpikir divergen dan berpikir konvergen pertama kali diajukan oleh Guilford (Suharman, 2005). Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian pada umumnya. Sementara berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak.

Pada waktu seseorang memusatkan pikirannya untuk menemukan penyelesaian tertentu dari suatu masalah maka ia sedang berpikir konvergen, dan apabila ia sedang mencari beberapa kemungkinan penyelesaian ia sedang berpikir divergent. Keterampilan berpikir divergen membuka peluang siswa untuk berpikir keatif. Kraeativitas sangat diperlukan dalam kehidupan global, tanpa kreativitas sulit bangsa kita untuk bersaing dengan banagsa-bangsa lain dalam segala hal di era globalisasi sekarang. Menurut Suharnan (2005) berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah yang kreatif. Namun ini belum merupakan jaminan bahwa seseorang akan menjadi kreatif secara aktual atau kreatif-produktif. Sebab untuk menjadi orang kreatif-produktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik kepribadian dan lingkungan yang kondusif.

Kriteria Berpikir Divergen
Munandar (2004) dan Suharnan (2005) menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dan kolaborasi. Artinya seseorang dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi empat kriteria sebagai berikut: kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas, dan elaborasi.
Keempat kriteria tersebut diuaraikan sebagai berikut:

1. Kelancaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak;
2. Keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri dari kategori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandang sesuatu objek, situasi atau masalah dari berbagai sudut pandang;
3. Originlitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang pada umumnya;
4. Elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

Dalam pembelajaran matematika yang dapat menumbuhkan pola pikir yang logis, kritis dan kreatif dapat dilakukan pendekatan-pendekatan seperti Problem solving, problem possing, Cooperative learning atau Open ended problem dan sebagainya. Dalam tulisan ini hanya disajikan sekilas tentang Open ended approch merupakan salah satu cara mendidik siswa terampil berpikir divergen sehingga dimungkinkan siswa dapat berpikir kritis dan kreatif.